MOS telah berjalan selama tiga hari. Makin hari makin aneh aja tingkah panitia buat kerjain peserta. Yang paling lucu disuruh bawa kedelai 175 butir, eh betulan dihitung 175 butir, takut kali yach ma senior,hehe. Tapi terkadang menjengkelkan kalau lagi seru-seruan tiba-tiba ada guru yang mau masuk, katanya sih memberikan pencerahan tentang gimana dunia SMA biar gak berbuat yang tidak-tidak, pembekalan kayak gitu deh. Kayak mau merantau aja,hehe.
Tingkah panitia yang paling dramtis ketika mereka acting, pura-pura berkelahi sesama panitia karena saling membela anak wali mereka. Tonjokan demi tonjokan dilayangkan, saling dorong mendorong, saling pedang-pedang menggunakan sapu, yang satu berwarna hijau dan yang satunya lagi warna merah, lho kok kayak Star Wars yah,hehe. Teriakan ketakutan dari peserta mulai memenuhi ruangan, gendang telinga bisa pecah jika lama-lama dalam ruangan. Suara sopran yang dikeluarkan wanita makin memecah ruangan. Suara tangisan dari panitia wanita menjadi pelengkap dari acting tersebut, dan diakhiri dengan Lagu Happy Birthday. ,hohoho.
Guru paling killer Pak Haji Muhlis, tapi lebih akrab dipanggil Pak Aji dan tak kalah killernya juga dengan Pak Ansar. Hamper setiap siswa yang melihatnya mendekat langsung kabur terbirit-birit. Bayangkan aja, postur tubuh yang kekar dengan kumis yang lebat, dibandingkan dengan Paraden mah jauh. Dan yang paling menakutkan, kedua guru ini selalau membawa senjata alias kayu, pokoknya mengerikan. Di samping itu, setiap manusia pasti ada sisi baiknya. Beliau jika sudah kenal lebih jauh, pastinya akan terasa akrab, dan kebetulan Aku masih ada hubungan keluarga dengan Pak Aji.
Semua kegiatan MOS lancar dan terkendali, hingga pada suatu saat terjadi keributan di Gugus 6. Gugus yang dipegang oleh Evy dan Ammank. Ada salah seorang peserta yang sok jagoan, gak mau mendengar. Kemudian datanglah Adit wali dari Gugus 5.
“Ada apa ini?”, Tanya Adit kepada wali Gugus 6 dengan nada yang sedikit meninggi.
“Ini Adit, Denny gak mau sekali mendengar, selalu membnetak-bentak. Mana gak lengkap lagi, baju diluar, apa ini yang disebut dengan siswa?”, adu Evy yang semakin jengkel melihat tatapan Denny yang semakin tajam kepadanya.
“Kamu!”, tunjuk Adit dengan nada yang makin meninggi kepada Denny. “Coba naik. Baru beberapa hari di sini sudah mau membangkang. Hargai senior kalian yang bicara di depan, lagian ini Cuma beberapa hari. Bayangkan nanti jika kalian sudah jadi senior turs gak didengerin sama junior, apa kalian gak marah?”, makin meninggikan suaranya tapi Denny sedikitpun tidak menunjukkan akan menurunkan niatnya untuk patuh, namun malah sebaliknya. Tiba-tiba saja dia berdiri, berjalan mendekat kepada Adit dan berkata “tunggu di luar”. Dan langsung lari kea rah lapangan dan memanjat tembok keluar.
Tingkah Denny tadi membuat darah Adit mendidih.
“Sudahlah Dit, ntar kita laporkan sama Guru biar ditinjak lanjuti. Kasian juga saya liat tuh anak, kali aja kurang kasih sayang dari orang tua dan lingkungan yang gak mendukung”, sapa Ammank yang mencoba meredakan emosi Adit yang hampir meledak mengeluarkan larva mendidih, kayak gunung merapi aja,hehe.
***
Suara gaduh mulai terdengar dari AULA. Tapi kali ini bukan tentang acting, ataupun ajang mencari bakat tapi suara dari seluruh peserta dan panitia yang berkumpul untuk mulai acara penutupan. Masing-masing peserta telah berbaris sesuai dengan gugusnya, dan di depannya dipimpin oleh ketua gugus. Panitia telah menyiapkan segala rangkaian acara penutupan. Para peserta disuruh menunjukkan yel-yelnya masing-masing dan akan dinilai oleh panitia. Sebelumnya, Aku dan Dian sebagai wali gugus 3 telah menyiapkan konsep yel-yel bagi mereka.
“eh, gugusku tuh yang naik, pasti bakalan menang, siapa dulu dong walinya, Ikbal,hahaha”, menyambarku sambil menunjuk ke arah gugusnya dengan begitu sombong.
“Eh, yang mana gadis yang kamu naksir?”, tanyaku tanpa memperdulikan kata-katanya tadi.
“Itu tuh yang sana, yang paling cantik deh, dengan hiasan gula-gula Relaxa”, menunjuk kea rah wanita yang dimaksudnya. Mataku mulai mencari sosok yang dimaksud, dan berhenti pada wanita pendek berwajah manis menggunakan kalung Relaxa, akhirnya dapat juga. Wah, ternyata emang cantik juga, emang pilihan Ikbal gak pernah salah.
Sebelumnya, para peserta disuruh berdandan ala Hawai. Kalung dari gula-gula, topi dari bekas ember kecil sabun colek, di kampungku disebut “bede Sembilan”, mungkin maksudnya B29 kali,hehe. Dan bagian pinggang dihiasi dengan rok tali raffia yang telah di desain mirip dengan rok orang-orang Hawai, terahir dengan tas dari kardus, sesuai dengan kreatifitas para peserta.
Suara Ikbal sangat keras mendukung gugusnya, sampai-sampai suaranya bisa mengalahkan ratusan suara peserta yang ramai, apalagi karena ada Zhizha yang emang udah menjadi incarannya. Dia selalu memperhatikannya, kakaknya emang benar-benar jatuh cinta deh,hehe.
Saatnya giliran gugusku yang naik, pertamanya mereka agak malu namun untung ketua gugusnya gokil abiz jadi bisa menghidupkan semangat teman-temannya. Dan Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, dan tak ketinggalan juga, Aku mulai memperhatikan Fanda, oh my God, dia begitu sempurna. Akankah dia menjadi milikku,hohoho. Bagiku, semua hal mengenai wanita cantik hanya menjadi mimpi indah bagiku, entah kapan mimpi itu akan terwujud. Kusadar dengan kondisi fisik yang gendut kayak gini, tapi kuingin juga merasakan bagaimana dicintai.
***
“Dan yel-yel terbaik jatuh pada guguuuuuuuuuuuusssssssssss. . . .”, Kalsum mulai mengumumkan juara yel-yel.
“satuuuuuuuuuuuu. . .”, lanjut Kalsum berseru, dan kontan semua anak-anak gugus 1 berteriak gembira, dan tak kalah serunya juga gugus yang lain bersorak tak menerima kekalahan.
Di tengah-tengah keramaian, tak henti-hentinya Aku memandang Fanda, entah kenapa. Aku tak bosan memandangnya, tiba-tiba Ikbal datang.
“Hayoo, lagi liat siapa?”, tegur Ikbal mengagetkanku.
“Ah, nggak kok”, jawabku berbohong, padahal lagi asyik-asyiknya memandang Fanda.
“Udah, juju raja deh. Kamu lagi perhatiin cewek yang di sana kan?”, sanggah Ikbal sembari menunjuk ke arah Fanda.
“Kok tahu sih?”, tanyaku heran.
“Ya iyalah, kita kan soulmate,hehe. Dari tadi kali aku memperhatikan kamu, kamu naksir ya ma dia?”, Ikbal malah balik nanya membuatku gugup, belum sempat aku menjawab, datang Kalsum memanggil.
“Ayo, acara pemilihan Kategori Panitia terbaik udah mau dimulai.”, ajak Kalsum.
Di sini saatnya para peserta memilih siapa panitia ter-ter dan ter-ter. Tergalak, terganteng, terjelek, dan ter-ter lainnya. Kalau terganteng sudah pasti Ikbal juaranya, dan ternyata benar. Seperti tahun-tahun sebelumnya selalu diraih oleh Ikbal, kalau Aku sih gak berharap mendapatkan gelar tersebut karena itu sangat mustahil. Dan lucunya, kok saya dapat Panitia Termanis yah, jadi malu sendiri,hehe.
Dan acara MOS pun berakhir, semua panitia dan peserta saling bersalaman meminta maaf. Semua peserta membuang topi mereka layaknya lulus sarjana, dan pada akhirnya panitia juga yang dibikin repot membersihkan sampah mereka, sabarrrrr.
***
Keesokan Harinya. . .
“Pagi Kak!”, sapa kedua cewek yang sempat lewat dihadapnku. Mereka sangat cantik, tapi yang satunya nampak tak asing bagiku. Yah, ternyata Fanda, bagaimana gak asing, toh tiap MOS Aku selalu meliriknya,hahaha.
“Pa..pa..pagi juga dek”, jawabku agak kaku. Maklumlah penyakit sindrome datang lagi,hehe. Untunglah Ikbal datang cairkan suasana, dan mereka ternyata sudah kenalan. Cek per cek, kedua gadis itu menjadi PHB Ikbal dengan Zhizha. Waduh cepat juga pergerakan Ikbal gumamku, emang benar kalau setiap wanita yang ditaksirnya pasti akan menjadi miliknya, dan itu sudah menjadi setengah perjalanan.
“tuh, ada di sana”, sambil menunjuk ke arah yang dimaksud, dan langsung aja dipanggilnya. Waduh tambah grogi nih bertambah cewek cantiknya, tapi sebagai senior gak boleh lembek kayak gini, gumamku lagi. Jadi, kuberanikan diri bersikap sesantai mungkin.
“hey..hey..hey.., kemana aja sih kalian, daritadi juga saya cari gak dapet-dapet ternyata ada di sini”, nyerocos Zhizha kepada kedua temannya. Dan lagi-lagi ternyata mereka bertiga sahabat. Belum sempat kedua temannya menjawab, langsung lagi melanjutkan.
“eh, ada kak Ikbal ya”, menundukan kepala dengan sedikit malu, muka mulai memerah, volume nadanya sedikit menurun entah baterainya lowbet kali, kayak radio aja,hehe.
“iya dek”, jawab Ikbal yang tak kalah hebat malunya langsung disapa kayak gitu oleh sang pujaan hatinya. Entah wajahnya juga memerah atau apa, tapi keduanya emang nampak saling menyukai.
“Oh iya, ini Zul. Dah pada kenal kan? Zul, ini Fitrah, Fanda dan . . .”, Ikbal mulai memperkenalkan mereka satu per satu, tapi terhenti pada nama terakhir.
“Zhizha kak”, nyerocos Zhizha langsung mengulurkan tangannya. Ikbal pun langsung lega, entah dia masih malu atau apa, gak bias diprediksi kalau hanya melihat dari wajahnya apa merah atau tidak, dia kan agak hitam,hehe.
Dan terjadilah perbincangan ringan di antara kami berlima, tawa-tawa kecil mulai terdengar. Pada saat itu, hatiku sangat bahagia bias sedekat ini dengan Fanda jika dibandingkan dengan hanya melihat dari kejauhan. Ternyata mereka sangat asyik sekali, apalagi yang namanya Fitrah. Cerewet abiz, selalu loncat-loncit kesana kemari kayak ulat keket,hehe. Ditambah dengan Zhizha yang gokil abiz, disbanding keduanya Fanda agak pemalu. Mereka mempunyai nama Geng Divasung, katanya sih itu mencerminkan dari mereka yang emang gila, aneh juga yah. Cantik-cantik kok gila,hehe.
“Eh kak, pergi dulu yah. Guru udah masuk tuh, ntar dimarahin lagi kalau telat”, kata Zhizha sembari mengajak kedua temannya. Ikbal seperti memberikan kode kepada kedua teman Zhizha, dan membalas angkat tangan tanda Oke. Nampaknya makin terang aja jalan Ikbal mendapatkan Zhizha, kalau Aku gak terlalu berharap.
Merekapun melanjutkan langkahnya meninggalkan kami berdua. Dan nampaknya emang udah waktunya masuk, bel sekolah udah berbunyi tanda pelajaran pertama akan dimulai. Kami berdua pun berpisah, karena Ikbal di Jurusan IPS sedangkan Aku di IPA.
Aku berjalan sedikit lari sambil terus tersenyum gak menyangka bias sedekat tadi dengan Fanda. Setelah puter-puter otak, senyumanku semakin merekah. Faktanya jika Ikbal pacaran dengan Zhizha, otomatis kan bakalan sering ketemu dengan Fanda. Hari itu menjadi awal kisahku dengan Fanda and the Geng.
Bersambung . . .
+ komentar + 2 komentar
:-/ :-/ :-/ lebay sekali ki bos . . .
Terimakasih Anonim atas Komentarnya di Part 3 : Bagaimana Rasanya Dicintai?@Anonim terkdang suatu cerita harus diberi bumbu2 biar ceritanya hidup, jd sory kLu terLaLu berasa bumbunya ampe dibiLng Lebay,. :)
Posting Komentar